MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA MELALUI PENDIDIKAN POLITIK DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
Sherly Oktariani
Fakultas Hukum Universitas Andalas sherlyoktariani@gmail.com
I. PENDAHULUAN
Indonesia memasuki tahun-tahun politik, Partisipasi politik merupakan suatu hal yang sangat substansial dalam suatu Negara. Hal yang paling mendasar terkait hal tersebut dikarenakan indikator kualitas demokrasi ditentukan oleh tinggi rendahnya partisipasi politik itu sendiri, salah satunya terkait partisipasi pemilih pemula. Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan politik, misalnya dengan memilih kepala negara dan mempengaruhi kebijakan pemerintah secara langsung atau tidak langsung.Pemilih pemula sendiri memiliki dampak yang cukup besar dalam pemilihan umum di Indonesia karena Hampir semua bibit kekuatan politik global muncul dari lembaga pendidikan.
Dengan demikian, semua orang dengan latar belakang pendidikan (cukup tinggi) di semua suku bangsa memiliki posisinya masing-masing dalam struktur masyarakatnya. Tentu saja, dengan kemampuan sekolah dan masyarakat tersebut, didukung oleh nilai-nilai kemanusiaan, partisipasi politik mereka sangat signifikan untuk mendukung perubahan sosial. Akan tetapi potensi itu tidak terakomodir dengan baik dikarenakan tingkat partisipasi politik pemilih pemula yang sangat rendah, seiring dengan meningkatnya apatisme masyarakat sebab kinerja pemerintah yang dinilai mengecewakan. Serta faktor usia yang relatif muda bisa menjadi penyebab kaum muda enggan terhadap politik. Pendidikan politik pemilih pemula di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan suatu langkah strategis guna menanggulangi permasalahan tersebut.
Karena selama ini penyelenggara pemilu di setiap periode demokrasi hingga saat ini masih belum melakukan Pendidikan pemilih pemula yang terprogram dan terencana. Partai politik pun juga masih belum maksimal dalam menjalankan fungsi Pendidikan sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. Oleh karena itu perlu adanya program yang terencana baik itu dari pemerintah maupun partai politik yang melibatkan masyarakat khususnya anak muda untuk mulai melakukan Pendidikan politik kepada pemilih pemula. Sehingga nantinya bukan hanya meningkatkan angka partisipasi pemilih pemula dalam pemilu tapi juga partisipasi politik secara keseluruhan.
II. PEMBAHASAN
A. Peran Pendidikan Politik dalam Meningkatkan Partisipasi Politik Pemilih Pemula
Pendidikan politik menjadi faktor penting dalam meningkatkan kualitas partisipasi politik pemilih dalam pemilu. Melalui pendidikan politik dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana dinamika politik itu berjalan. Dilatarbelakangi oleh motivasi untuk mempersiapkan masa depan bangsa dan negara yang baik, agar terciptanya partisipasi politik dan pemilu berjalan dengan lancar. Serta diharapkan menghasilkan output pemilu yang demokratis dan mendapat pemimpin yang memiliki legitimasi.dalam menjadi pemimpin. Dengan demikian, penerapan pendidikan politik bagi siswa SMA pemilih pemula penting dan perlu dilaksanakan.
Agar terciptanya program Pendidikan politik yang terencana, maka perlu menetapkan metode yang efektif dan efisian dalam pelaksanaannya. Dengan mempertimbangkan kebutuhan, kepentingan,pemahaman serta minat pemilih pemula tentang dunia politik. Pendidikan politik di Sekolah Menengah Atas akan lebih efektif apabila dimasukkan kedalam kurikulum belajar siswa, agar pelaksanaannya terprogram dan terencana. Diharapkn dengan adanya Pendidikan politik ditingkat SMA dapat mencetak pemilih pemula yang berintegritas, kritis dan bertanggungjawab.
Sarana Pendidikan politik di tingkat SMA dirasa perlu dan penting untuk ditingkatkan, karena jenjang SMA yang terdiri dari pemilih pemula ini merupakan generasi penerus dan juga calon pemimpin bangsa. Sarana, intensitas pendidikan politik yang diterima generasi muda, menentukan kesadaran untuk memberikan hak pilihnya dengan benar. Kita menyadari bahwa rentang usia SMA masih tergolong usia yang ikut-ikutan, contoh saja kadang individu dalam suatu kelompok berusaha menyesuaikan pendapatnya dengan teman-temannya karena ia ingin sama dengan mereka. Kemudian kelompok itu mempengaruhi teman-tema lainnya dengan cara medorong atau mendesak untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok mereka.
Begitupula halnya dengan politik, seseorang bisa tertarik dengan politik apabila temannya melakukan hal demikian, atau mereka terpengaruh dengan lingkungan seperti keluarga dan tetangga sekitar. Kontak-kontak politik dapat mengubah sikap dan orientasi berpikir setiap orang atau kelompok tentang hal-hal yang bersifat politik yang membawa keuntungan bagi orang atau kelompok tersebut. Kontak-kontak langsung dengan pemerintah, lembaga politik dan kehidupan politik juga dapat mempengaruhi sikap dan perilaku politik individu dan kelompok-kelompok untuk tetap setia atau tidak, bersedia mendukung atau tidak sistem politik, pemerintah, atau partai politik yang semula didukungnya.
Hal inilah yang tidak diharapkan dalam partisipasi politik, karena jika dalam politik pemilih pemulanya hanya berisi orang orang yang ikut-ikutan, mudah dipengaruhi dan diintervensi pihak lain, maka cita-cita akan demokrasi dan partisipasi politik yang terintegritas hanya bualan semata. Karena itulah, penerapan Pendidikan Politik di Sekolah Menengah Atas merupakan suatu urgensi saat ini.
B. Langkah Progresif Peningkatan Partisipasi Pemilih Pemula Melalui Pendidikan Politik Di Sekolah Menengah Atas
Pendidikam politik merupakan bagian yang penting dari suatu sistem politik karena dengan adanya pendidikan politik maka seorang dapat mengambil pelajaran dari suatu proses pembelajaran politik yang dia alami atau yang dia rasakan. Menurut Rush dkk agen pendidikan politik terdiri dari keluarga, pendidikan, kelompok sebaya, kelompok kerja,dan media massa.8 Proses sosialisasi politik dilakukan mulai dari bagian terdekat yaitu keluarga yang mempengaruhi seseorang mulai dari anak-anak hingga mencapai umur yang matang yaitu dewasa, selalu berlangsung secara sengaja maupun tidak.
Jika diasumsikan usia pemilih pemula yaitu 17-20 tahun maka status pemilih pemula juga bisa terdiri dari siswa ataupun mahasiswa sehingga agen sosialisasinya termasuk sekolah ataupun kampus. Maka dapat dikatakan bahwa, sarana sosialisasi politik yang sangat berperan penting dalam mempengaruhi sikap atau orientasi politik pemilih pemula adalah sekolah. Maka Pendidikan Politik di Sekolah Menengah Atas melalui kurikulum merupakan suatu solusi nyata dalam peningkatan partisipasi politik pemilih pemula. Untuk mewujudkan partisipasi politik secara maksimal dapat dilakukan dengan mengintensifkan pelaksanaan Pendidikan politik di Sekolah Menengah Atas.
III. KESIMPULAN
Dari hasil pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa:
Pertama, partisipasi politik merupakan elemen terpenting dalam suatu negara, dan partisipasi Pemilih pemula memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam pelaksanaan pesta demokrasi.
Kedua, sebagai langkah progresif guna meningkatkan pertisipasi politik pemilih pemula, maka Pendidikan politik di Sekolah menengah Atas merupakan suatu solusi. Mengingat bahwa rentang usia pemilih pemula berada pada usia anak SMA.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Rush, dkk. (2007). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Jurnal
Kharisma, Dwira. "Peran Pendidikan Politik Terhadap Partisipasi Politik Pemilih Muda." Politico: Jurnal Ilmu Politik 1.7 (2015): 1144, https://www.academia.edu/download/58442441/1144-ID-peran- pendidikan-politik-terhadap-partisipasi-politik-pemilih-muda.pdf.
Munawarah, Rabiatul, and Andreas Agung Kristanto. "Alienasi Pemuda dalam Politik: Peran Nilai dan Kepercayaan Politik Pada Partisipasi Politik Pemilih Pemula." Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi 10.1 (2022): 32-50, https://scholar.archive.org/work/dvunipcdrngjbdem7a47dvq24u/access/w ayback/http://e- journals.unmul.ac.id/index.php/psikoneo/article/download/7081/pdf .
Putra, Aria, et al. "Politik pemilih muda: Partisipasi politik anak muda di Pekanbaru, Jakarta, Cirebon, Palu dan Jayapura." (2014), https://www.neliti.com/publications/402/politik-pemilih-muda-partisipasi- politik-anak-muda-di-pekanbaru-jakarta-cirebon .
Rahman, Asmika. "Peran Sekolah Sebagai Sarana Sosialisasi Politik untuk Meningkatkan Partisipasi Politik Pada Pemilih Pemula." Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598 (2017): 5973, http://eprints.uad.ac.id/9800/1/319-325%20Asmika%20%20Rahman.pdf .
Setiawaty, Diyah. "Mendorong Partisipasi Pemilih Muda Melalui Pendidikan Politik Yang Programatik." Islamic Review: Jurnal Riset Dan Kajian Keislaman 3.1 (2014): 117-146,
https://journal.ipmafa.ac.id/index.php/islamicreview/article/view/71
0 Komentar